Bersabar adalah manifestasi kepercayaan akan keberadaan Rabb-nya, bentuk nyata prasangka baiknya kepada Sang Khalik yang Maha Mengetahui, Maha Mengasihi dan Maha Penolong. Bersabar juga adalah wujud keyakinan yang muncul dari lubuk hati akan segala nikmat dan karunia yang diberikan Allah dan bentuk kemampuan untuk mempergunakannya dengan optimal.
Kalimat di atas saya baca dari sebuah message yg masuk ke inbox akun saya, berasal dari sebuah grup religi. Very inspiring. Sangat mengena dengan kehidupan kita, terlebih lagi kejadian-kejadian yang belakangan ini saya alami.
Bersabar dalam definisi saya sendiri adalah berpikir optimis ke depan. Karena ketika saya mencoba untuk sabar, saya bukan hanya meredam emosi atau nafsu amarah, tetapi juga mencari suatu makna di balik kejadian itu. Saya hanya berusaha berpikir positif saja dan tidak meledak-ledak meluapkan emosi sesaat. Mungkin karena memang saya tipe orang yang tidak suka mengekspresikan emosi dengan cara yang meledak-ledak, kecuali jika telah melampaui ambang standar saya (everybody has its own limit,right?)
Jadi, kembali ke definisi sabar versi saya. Bersabar bukan hanya sekedar rela menunggu sesuatu, atau melapangkan dada atas suatu musibah, atau mampu meredam amarah (seperti yang telah saya singgung sebelumnya). Jadi, pada keadaan dimana kita harus bersabar, kita akan menerima dengan ikhlas dan sepenuh hati karena kita telah berpikir jauh dan sadar bahwa di balik kejadian ini akan ada hikmah yang kita terima.
So, it’s not only about taking yourself calmed down and strengthen your hearts up.
Sikap sabar memiliki arti yang jauh lebih besar daripada itu.
Kita percaya dengan keberadaan Tuhan sekaligus kita berterimakasih karena masih diberikan nikmat oleh-Nya. Seperti yang saya rasakan saat membaca message tersebut.
Diri saya sendiri, mungkin selama ini telah berusaha keras untuk bersabar kapanpun sikap sabar saya diuji. Dan saya selalu menemukan “hadiah” di balik itu. Life is always fair, I do believe it.
Saya punya sebuah cerita tentang ini. Ketika suatu hari saya pernah kebagian jadwal jaga malam di ruang perinatologi setelah saya jaga siang di ird anak yang telah menguras energy saya seharian. Saya mencak-mencak minta ditukar dengan jaga bangsal kepada kapten jaga malam yang notabene memiliki riwayat ‘salahpaham’ dengan saya beberapa hari sebelumnya. Saya harus benar-benar berusaha sekuat tenaga yang tersisa yang saya miliki untuk menahan emosi saya saat dia hanya dengan santainya mengacuhkan saya. ditambah lagi dengan teman-teman yang ikut memanas-manasi suasana saat itu. Grrrr… rasanya seperti arteri-arteri di kepala ini berdenyut sangat kencang dan akan segera pecah dalam hitungan detik. Kemudian yang saya lakukan hanya menarik napas panjang, lalu pergi berlalu setelah saya bekata padanya dengan sangat sinis. Saya berjalan cepat menuju ruang peri sambil mendinginkan kepala saya, dan voila. Sesampai disana, saya menemukan tidak ada satupun bayi yang mesti dijaga. Saya diminta untuk menuju ruang peri lainnya untuk membantu teman saya yang lain. Huff.. dan akhirnya malam itu saya habiskan dengan tidur semalaman di ruang peri. Hidup benar-benar adil…
hidup benar-benar adil k ika di?
apapun itu, ini inspiring banget kak..